Baca Juga
Palangkaraya,InfoKota.net- Sebagai bentuk pencerdasan bangsa, manajemen majalah digital infokota.net perwakilan Kalimantan Tengah memberikan program edukasi gratis dalam bentuk pembinaan teknologi informasi, fitur dan perangkat lunak. Materi yang diberikan adalah dasar penggunaan system komputerisasi. Program sosial ini dilaksanakan terbuka bagi anak anak ataupun remaja dari kalangan marjinal/terbelakang yang dirasa kurang mendapat sentuhan perhatian dari pihak terkait. Kegiatan non formil tersebut digalangkan tanpa kemitraan pemerintah maupun sponsor swasta.
Menjawab seputar kegiatan tersebut, Candra, yang juga adalah kepala perwakilan infokota.net Kalteng regional II mewakili redaksi pusat Madiun, Selasa (16/10) mengatakan bahwa hasil analisis temuan dilapangan membentuk opini terkait negatifnya kelompok maupun individu marjinal. kesimpulannya, keberadaan mereka dianggap sebagai sampah masyarakat. Sebagian media massa sendiri lebih cenderung memberitakan sepihak tanpa nilai pencerdasan, seperti misalnya aksi Pol PP yang merazia dan menangkapi atau dinas sosial yang mendata tanpa hasil solusi. Notabene keadaan tersebut dianggap tidak efisien dan mengakibatkan mereka kembali pada dunia jalanan.
Sisi lain kurangnya pembekalan keterampilan menyebabkan para kelompok ini masuk ke dunia narkoba. dan tindak pelaku kejahatan lainnya. "Saya terjun ke lapangan bergaul dan membuat pendekatan persuasif kepada kelompok ini. Saya mencoba menawarkan aktifitas bagi mereka secara positif yang berguna bagi bekal mereka sendiri. Saya mengatakan kepada mereka agar mengubah mindset kebebasan atau termarjinalkan bahkan mengesampingkan kesan tidak ada yang memberi perhatian. Terlebih dari semua itu, saya hanya menitipkan mimpi kepada mereka sendiri agar bisa produktif dan bisa bersaing kemampuan walaupun pembekalan ini non akademis.
Mereka bisa saja setelah menerima materi itu mengembangkan kemapuannya dengan olah grafis dan apapun terkait komputerisasi. Bekal yang mereka kantongi sebagai modal untuk berkarya dan bekerja. Misalnya bekerja di warnet, percetakan, pengetikan dsb. Secara internal, kedepan saya mencoba menyusun teamwork edukasi mengambil relawan yang bersedia menuangkan ilmu dan waktunya untuk berpartisipasi.
Lebih lanjut dikatakannya, program sosial ini tidak semata pada kelompok jalanan. Bagi kelompok individu dari ekonomi bawahpun dipersilahkan. Apalagi mereka tidak mampu untuk kursus maupun menikmati pendidikan akademis berbayar. Untuk peralatan sendiri menggunakan alat seadanya yang digunakan divisi redaksi. Saya sendiri tidak berharap mengemis bantuan kepada pihak eksternal, karena kepedulian sosial adalah muncul dari nurani. Saya hanya merasa sedih ketika mata saya melihat dan merasakan apa yang orang lain rasakan namun tidak mampu merealisasikan. Beruntung saya memiliki kondisi yang baik secara moral dan materil dan berbagi lewat bahasa "Human Rigth".
Menjawab seputar kegiatan tersebut, Candra, yang juga adalah kepala perwakilan infokota.net Kalteng regional II mewakili redaksi pusat Madiun, Selasa (16/10) mengatakan bahwa hasil analisis temuan dilapangan membentuk opini terkait negatifnya kelompok maupun individu marjinal. kesimpulannya, keberadaan mereka dianggap sebagai sampah masyarakat. Sebagian media massa sendiri lebih cenderung memberitakan sepihak tanpa nilai pencerdasan, seperti misalnya aksi Pol PP yang merazia dan menangkapi atau dinas sosial yang mendata tanpa hasil solusi. Notabene keadaan tersebut dianggap tidak efisien dan mengakibatkan mereka kembali pada dunia jalanan.
Sisi lain kurangnya pembekalan keterampilan menyebabkan para kelompok ini masuk ke dunia narkoba. dan tindak pelaku kejahatan lainnya. "Saya terjun ke lapangan bergaul dan membuat pendekatan persuasif kepada kelompok ini. Saya mencoba menawarkan aktifitas bagi mereka secara positif yang berguna bagi bekal mereka sendiri. Saya mengatakan kepada mereka agar mengubah mindset kebebasan atau termarjinalkan bahkan mengesampingkan kesan tidak ada yang memberi perhatian. Terlebih dari semua itu, saya hanya menitipkan mimpi kepada mereka sendiri agar bisa produktif dan bisa bersaing kemampuan walaupun pembekalan ini non akademis.
Mereka bisa saja setelah menerima materi itu mengembangkan kemapuannya dengan olah grafis dan apapun terkait komputerisasi. Bekal yang mereka kantongi sebagai modal untuk berkarya dan bekerja. Misalnya bekerja di warnet, percetakan, pengetikan dsb. Secara internal, kedepan saya mencoba menyusun teamwork edukasi mengambil relawan yang bersedia menuangkan ilmu dan waktunya untuk berpartisipasi.
Lebih lanjut dikatakannya, program sosial ini tidak semata pada kelompok jalanan. Bagi kelompok individu dari ekonomi bawahpun dipersilahkan. Apalagi mereka tidak mampu untuk kursus maupun menikmati pendidikan akademis berbayar. Untuk peralatan sendiri menggunakan alat seadanya yang digunakan divisi redaksi. Saya sendiri tidak berharap mengemis bantuan kepada pihak eksternal, karena kepedulian sosial adalah muncul dari nurani. Saya hanya merasa sedih ketika mata saya melihat dan merasakan apa yang orang lain rasakan namun tidak mampu merealisasikan. Beruntung saya memiliki kondisi yang baik secara moral dan materil dan berbagi lewat bahasa "Human Rigth".
Komentar
Posting Komentar